Sejarah Dunia, Energi Terbarukan Loncati Batu Bara
Jakarta. Cakrawala Pedia – Sejarah dunia mencatat, kini kapasitas energi dihasilkan pembangkit listrik global dari energi terbarukan, loncati pembangkit berbasis batu bara untuk pertama kali.
Menurut laporan lembaga riset energi Ember dari infofinasial, Rabu (8/10/2025) pembangkit tenaga surya dan angin menghasilkan 5.072 TWh listrik secara global pada Januari–Juni 2025, lebih tinggi dibanding batu bara yang menghasilkan 4.896 TWh.
Mengutif Yahoo Finance pada Rabu (8/10), analis senior Ember, Małgorzata Wiatros-Motyka, menyebut momen ini sebagai titik balik krusial dalam transisi energi global.
Ia menambahkan, pertumbuhan pembangkit tenaga surya dan angin kini cukup cepat, untuk mengejar permintaan listrik dunia yang terus meningkat.
Permintaan listrik global naik 2,6% (369 TWh) secara tahunan pada semester I 2025. Tambahan pasokan dari energi surya mencapai (306 TWh) dan angin (97 TWh) bahkan sudah melampaui kenaikan tersebut.
Disebutkan, China dan India menjadi motor utama dalam mendorong transisi menuju energi terbarukan. Di China, yang merupakan konsumen listrik terbesar di dunia, pembangkitan listrik dari bahan bakar fosil turun sebesar 2%.
Sebaliknya, pembangkitan listrik dari energi surya melonjak hingga 43% dan tenaga angin tumbuh 16%. India juga menunjukkan tren serupa, dengan pembangkitan listrik dari tenaga surya naik 31% dan angin 29%.
Bersamaan dengan itu, penggunaan batu bara dan gas di negara tersebut berhasil ditekan hingga 3,1%.
Sementara itu, tren yang bertolak belakang justru terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Keduanya mengalami peningkatan pembangkitan listrik dari energi fosil, yang sebagian besar dipicu oleh lemahnya pasokan dari pembangkit angin dan air.
Di AS, penggunaan batu bara naik 17%, meskipun pembangkitan dari gas mengalami penurunan 3,9%. Di Eropa, pembangkit berbasis gas meningkat 14% dan batu bara naik 1,1%.
Peningkatan ketergantungan pada energi fosil di AS juga tidak lepas dari arah kebijakan pemerintah.
Presiden Donald Trump, yang dikenal skeptis terhadap isu perubahan iklim, sebelumnya telah menandatangani perintah eksekutif yang mendorong peningkatan produksi batu bara, serta kembali membuka ruang bagi pembangkit listrik berbahan bakar fosil usai dilantik menjadi presiden. (drt/ist).

